1. Dari Abu Mas’ud al Badri, ia berkata :
Dahulu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
biasa mengusap bahu-bahu kami, ketika akan memulai shalat, seraya beliau
bersabda: “Luruskan shafmu dan janganlah kamu berantakan dalam shaf; sehingga
hal itu membuat hati kamu juga akan saling berselisih”. (Shahih: Muslim no.
432).
2. Dan dari Nu’man bin Basyir, ia berkata :
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: Hendaklah kamu benar-benar meluruskan shafmu, atau
(kalau tidak; maka) Allah akan jadikan perselisihan di antaramu. (Muttafaq
‘Alaihi: Bukhari no. 717 dan Muslim no. 436).
3. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu ,
Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam
memerintahkan makmumnya,
"Luruskan shaf kalian dan rapatkan."
(HR. Bukhari 719)
4. Juga dari Anas bin Malik, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mendesak,
"Luruskan shaf kalian, karena meluruskan
shaf bagian dari kesempurnaan shalat." (HR. Muslim 433).
5. Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam menerima,
“Luruskan shaf dalam shalat, karena meluruskan
shaf bagian dari kesempurnaan shalat.
(HR. Muslim 435)
6. Hadis dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu ,
Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam memerintahkan,
“Luruskan, dan jangan berselisih (lurus dalam
shaf), agar hati kalian menjadi berselisih”
Kata Ibnu Mas'ud, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menerima di atas, sambil mengusap pundak-pundak makmum. (HR.
Muslim 122).
7. Hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma ,
Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam memerintahkan,
"Luruskan shaf, rapatkan pundak, dan
tutup celah, perlunak pundak kalian untuk saudaranya, dan jangan biarkan celah
untuk setan." (HR. Abu Daud 666 dan dishahihkan al-Albani)
Makna: “perlunak pundak kamu untuk saudaranya”
adalah meminta dia mempemudah setiap orang yang masuk shaf, dengan berusaha
agar pundaknya tidak mencari orang lain.
8. Hadis Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam menerima,
"Penuhi shaf depan, kemudian shaf
berikutnya ..." (HR. Abu Daud 671 dan dishahihkan al-Albani).
Perhatian Khalifah ‘Umar ibn Al Khattab
terhadap Shaf Shalat
1. Mengeluarkan anak kecil dari shaf shalat
Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (4188)
meriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa Ibrahim (putra Abdurrahman ibn
‘Auf) berkata,
“Sesungguhnya ‘Umar ibn Al Khattab apabila
melihat anak kecil dalam shaf shalat beliau mengeluarkannya dari shaf”
Berkata Syaikh Rabi’ ibn Hadi Al Madkhali
hafizhahullah, “Praktek ini merupakan pengamalan sabda Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam,
“Hendaknya yang berada di belakangku ialah
ulul ahlam wa nuha (orang yang sempurna akal dan fikirannya) kemudian yang
setelah itu kemudian yang setelah itu” (HR Muslim).
Huruf lam dalam hadits tersebut bermakna
perintah, perintah berkonsekuensi wajib, dan tidak ada hadits yang
memalingkannya ke hukum anjuran (istihbab).
Praktek ‘Umar ibn Al Khattab ini ditegaskan
melalui praktek tabi’in yaitu Dzar ibn Hubaisy dan Abu Wa’il Syaqiq ibn
Salamah, keduanya termasuk tabiin senior. Keduanya meriwayatkan dari ‘Umar,
‘Utsman, ‘Ali, dan selain mereka dari kalangan shahabat, dan praktek mereka
nampaknya terambil dari hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
praktek khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu”.
2. Memeriksa shaf dengan mendatangi makmum
Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (3550)
membawakan riwayat dari Abu Utsman,
“Aku pernah berhadapan dengan ‘Umar ibn Al
Khattab yang berdiri dalam rangka beliau meluruskan shaf”.
Sanad atsar ini shahih.
3. Memberi perintah untuk meluruskan apabila
shaf bengkok
Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dalam Al
Mushannaf (3551) dari Abdullah ibn Syaddad, seorang tabiin senior yang tsiqah,
“Bahwasanya ‘Umar melihat dalam shaf ada
sesuatu (yang kurang rapat atau lurus -pent) maka beliau memberi isyarat dengan
tangannya agar meluruskannya”.
Sanad atsar ini shahih.
4. Mengutus petugas khusus meluruskan shaf
Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dalam Al
Mushannaf (3557) dari jalur Abu ‘Utsman, seorang tabi’in yang masuk Islam
ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup namun belum pernah
bertemu Nabi,
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang
begitu besar perhatiannya terhadap shaf, melebihi ‘Umar ibn Al Khattab.
Terkadang kami semua telah menghadap kiblat hingga kami kira akan bertakbir,
beliau masih menoleh ke belakang dan melihat pundak-pundak dan kaki kami.
Kadang beliau mengutus seseorang untuk menertibkan orang-orang hingga mereka
semua saling menempel dalam shaf shalat”.
Perhatian Khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan terhadap
Shaf Shalat
Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (3552)
meriwayatkan dari jalur Malik ibn ‘Amir, kakek Imam Malik ibn Anas dengan sanad
yang shahih, beliau berkata,
“Aku mendengar ‘Utsman ibn ‘Affan berkata,
‘Luruskan dan rapatkan antara pundak kalian, karena diantara kesempurnaan
shalat ialah lurusnya shaf’. Beliau tidak memulai takbir sampai mengutus
seorang yang bertugas sebagai wakil dalam meluruskan shaf”
Syaikh Rabi ‘ibn Hadi Al Madkhali
hafizhahullah menjelaskan, “Inilah khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan radhiyallahu
‘anhu yang memerintahkan jamaah shalat agar :
Meluruskan shaf shalat
Meluruskan pundak-pundak dan ini tidak akan
tercapai hingga lurusnya tumit ke tumit
Menegaskan bahwa lurusnya shaf ialah
kesempurnaan shalat
Masih belum cukup dengan perhatian tersebut,
beliau masih menambah dengan mengutus seorang yang bertugas meluruskan
shaf-shaf, baru beliau mulai bertakbir”
Sumber :
https://muslim.or.id/28822-meneladani-para-sahabat-nabi-dalam-meluruskan-shaf-shalat.html
https://aslibumiayu.net/4891-apa-kata-imam-syafii-tentang-meluruskan-dan-merapatkan-shaf-shalat-berjamaah.html