Dr. Zakir Naik telah mengadakan banyak debat dan ceramah di
seluruh dunia, ia biasa mengadakannya di Mumbai, India, dan setiap tahun sejak
2007 ia memimpin Konferensi Damai 10 hari
di Somaiya Ground, Sion, Mumbai dengan
cendekiawan lainnya, termasuk politikus Malaysia,
Anwar Ibrahim
pada 2008.
Tahun 2004, Naik mengunjungi Selandia Baru
dan kemudian ibu kota Australia atas undangan Islamic
Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya
di Melbourne,
menurut jurnalis Sushi Das, "Naik memuji superioritas moral dan spiritual
Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara umum",
menambahkan bahwa kata-kata Naik "mendorong jiwa keterpisahan dan
memperkuat pemisahan".
Bulan 1 April 2005, Naik terlibat dalam
debat dengan William Campbell, topiknya ialah Islam dan Kristen dalam konteks
ilmu pengetahuan, di mana keduanya membicarakan dugaan kesalahan ilmiah di
dalam kitab suci.
Khushwant Singh, seorang jurnalis India,
mengatakan bahwa kata-kata Naik "kejam" dan "mereka jarang masuk
debat tingkat sarjana perguruan tinggi, di mana kontestan bersaing dengan yang
lainnya untuk memperoleh nilai terbaik".
Analis politik Khaled Ahmed menganggap
bahwa Zakir Naik, menurut klaim superioritas Islam terhadap keyakinan religius
lain, mempraktikkan apa yang ia sebut Orientalisme
mundur.
Dalam sebuah ceramah di Melbourne University, Naik
mengatakan bahwa hanya Islam yang memberikan wanita kesamaan sejati.
Ia menyatakan pentingnya penutup kepala dengan
menganggap bahwa "pakaian Barat yang terbuka" membuat wanita lebih
mungkin mengalami pelecehan seksual.
Tanggal 21 Januari 2006, Naik mengadakan sebuah
dialog antaragama dengan Sri Sri Ravi Shankar.
Acara ini mengenai konsep Tuhan dalam Islam dan Hinduisme, tujuannya ialah
memberikan kesepahaman antara dua agama besar India, dan mengeluarkan kesamaan
antara Islam dan Hinduisme, seperti bagaimana berhala dilarang. Diadakan di Bangalore,
India dengan 50.000 orang memadati Palace Grounds.
Bulan August 2006, kunjungan dan konferensi Naik
di Cardiff
(Britania Raya) menjadi obyek kontroversi ketika MP (anggota parlemen) Wales David Davies
meminta acaranya dibatalkan. Ia menyebutnya seorang 'penjual kebencian', dan
mengatakan pandangannya tidak pantas memperoleh 'platform publik'; Muslim dari
Cardiff, mempertahankan hak berbicara Naik di kota mereka. Saleem Kidwai,
Sekretaris Jenderal Muslim Council of Wales, tidak setuju dengan Davies,
menyatakan bahwa "orang-orang yang mengenalnya (Naik) tahu bahwa ia adalah salah satu orang paling tidak
kontroversial yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar agama, dan
bagaimana kita harus hidup selaras dengan mereka", dan mengundang Davies
untuk membicarakan lebih jauh dengan Naik secara pribadi di konferensi ini. Konferensi
tetap berjalan, setelah dewan Cardiff mengatakan bahwa mereka senang apabila ia
tidak berceramah dengan pandangan ekstremis.
Setelah sebuah ceramah
oleh Paus Benediktus XVI bulan September 2006, Naik
menantang debat publik langsung dengannya, tetapi ditolak oleh Sri Paus.
Bulan November 2007, IRF mengadakan konferensi
dan pameran Islam internasional 10 hari bertemakan Konferensi Damai di Somaiya Ground di Mumbai.
Ceramah tentang Islam dilaksanakan Naik juga dua puluh cendekiawan Islam
lainnya dari seluruh dunia.
Selama salah satu ceramahnya, Naik memprovokasi
kemarahan di antara anggota komunitas Syiah di konferensi itu ketika ia
menyebutkan kata-kata "Radhiyallah taa'la anhu" (berarti 'Semoga
Allah mengampuninya') setelah menyebut nama Yazid I dan menyebutkan bahwa
Pertempuran Karbala hanya berdasarkan politik. Lainnya mempercayai komentar ini disengaja.
Dalam terbitan 22 Februari 2009, Indian Express membuat
daftar "100 Orang India Terkuat 2009" di antara satu miliar penduduk
India, Zakir Naik masuk peringkat 82. Dalam daftar khusus "10 Guru
Spiritual Terbaik India", Zakir Naik ada di peringkat 3, setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar,
menjadi satu-satunya Muslim di daftar ini.
Dialog Terbuka
Biografi Zakir Naik - Zakir Naik
telah mengadakan banyak debat dan ceramah di seluruh dunia, ia biasa
mengadakannya di Mumbai, India, dan setiap tahunnya dimulai sejak 2007 ia
memimpin Konferensi Damai 10 hari di Somaiya Ground, Sion, Mumbai dengan para
cendekiawan lainnya, termasuk politikus yang berasal dari Malaysia, bernama
Anwar Ibrahim pada tahun 2008.
Pada tahun 2004, Dzakir Naik
mengunjungi Selandia Baru dan kemudian ke ibu kota Australia atas undangan
Islamic Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya di
Melbourne, menurut jurnalis Sushi Das, "Naik memuji superioritas moral dan
spiritual Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara
umum", menambahkan bahwa kata-kata Naik "mendorong jiwa keterpisahan
dan memperkuat pemisahan".
Tanggal 1 April 2005, Dzakir Naik
terlibat dalam acara debat dengan William Campbell, topiknya adalah Islam &
Kristen dalam konteks ilmu pengetahuan (since), di mana keduanya membicarakan
dugaan kesalahan ilmiah di dalam kitab suci masing masing.
Biografi Zakir Naik - Tanggal 21
Januari 2006, Dzakir Naik mengadakan sebuah dialog terbuka antaragama dengan
tokoh besar Hindu Sri Sri Ravi Shankar. Acara ini dengan topik mengenai konsep
Tuhan dalam Islam dan Hinduism, tujuan dari dialog ini adalah untuk memberikan
kesepahaman antara dua agama besar yang ada di India ini dan menjelaskan
persamaan dan perbedaan antara Islam dan Hinduism, sebagaimana halnya menyembah
berhala itu dilarang. Acara ini Diadakan di Bangalore, India dengan hampir
50.000 orang yang datang memadati Palace Grounds.
Biografi Zakir Naik - Pada Bulan
August 2006 atas kunjungan dan konferensi Zakir Naik di Cardiff (Britania Raya)
menjadi obyek kontroversi ketika MP (anggota parlemen) bernama Wales David
Davies meminta supaya acaranya dibatalkan. Ia menyebut Naik bahwa ia adalah
seorang 'penjual kebencian', dan mengatakan bahwa pandangan Dzakir Naik tidak
pantas memperoleh platform publik. Muslim dari Cardiff mempertahankan hak
berbicara Dzakir Naik di kota mereka. Saleem Kidwai ia adalah Sekretaris
Jenderal Muslim Council of Wales, tidak setuju dengan argumen Davies, Saleem
Kidwai menyatakan bahwa "orang-orang yang mengenalnya ( Dzakir Naik)
mengetahui bahwa ia adalah salah satu orang yang paling tidak kontroversial
yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar agama, dan bagaimana kita
harus hidup selaras dengan mereka, dan ia mengundang Davies untuk membicarakan
lebih jauh dengan Dr. Zaik Naik secara pribadi di konferensi ini. Akhirnya,
konferensi tetap berjalan, setelah dewan Cardiff mengatakan bahwa mereka senang
jika ia tidak berceramah dengan pandangan ekstremis.
Setelah sebuah ceramah oleh Paus
Benediktus XVI bulan September 2006, Zakir Naik mengajak untuk berdialog
langsung dengannya di depan publik, tetapi ditolak oleh Sri Paus.
Dalam sebuah terbitan tanggal 22
Februari 2009, Indian Express membuat daftar "100 Orang India Terkuat
2009" di antara satu miliar lebih penduduk India, Dr. Zakir Naik masuk ke
peringkat 82 orang yang memiliki pengaruh kuat di India dan dalam daftar khusus
"10 Guru Spiritual Terbaik India", DZakir Naik ada di peringkat ke 3,
setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar.
Itulah ulasan biografi singkat
tentang Zakir Naik yang menjadi sorotan Barat, karena dakwahnya yang logis,
bahasanya yang intelektual dan penyampaian yang komunikatif kepada setiap orang
yang bertanya atau pun terhadap orang yang beradu argumen dengannya.